Video
Sejarah Jalur Kereta Api Banjar Pangandaran Cijulang 1911-1981 &
SwaraPangandaran.Com – Jalur kereta api Banjar-Cijulang kini memang hanya menyisakan situs-situs beton lapuk dan rangka baja berkarat. Namun tak banyak yang tahu, jalur sepanjang 82 kilometer ini adalah sebuah megaproyek ambisius yang sarat gengsi pada zaman itu. Beberapa babak polemik pernah mengemuka, memaksa proyek ini dihentikan. Sebuah kegiatan wiasata sejarah diprakarsai PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasional II mengunjungi beberapa situs penting jalur kereta Banjar-Cijulang beberapa waktu lalu. Dari sejumlah peminat sejarah kereta api yang ikut serta, SP.Com mencatat kisah-kisah menarik seputar jalur kereta ini. Wacana perlunya pembangunan jalur kereta ke daerah selatan Priangan sejatinya telah berkembang sejak akhir abad ke-19. Usulan-usulan disampaikan sejumlah petinggi Pemerintah Hindia Belanda, termasuk Residen Priangan, serta para pengusaha perkebunan swasta. Beberapa alasan mendasari gagasan tersebut. Jalur kereta ke selatan Priangan dianggap penting dibangun untuk mengangkut hasil-hasil perkebunan di wilayah tersebut, terutama untuk dikapalkan melalui Pelabuhan Cilacap. Selain itu, kereta juga dipercaya akan mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah selatan Priangan yang kala itu terisolasi. Dilaporkan, daerah tenggara Priangan kaya dengan hasil perkebunan, yakni kopi, karet, kina dan kopra. Selain itu, daerah yang kini menjadi Kabupaten Pangandaran ini dikenal sebagai lumbung padi. Di antara sejumlah proyek cabang jalur kereta yang di kerjakan ke daerah selatan Priangan, jalur Banjar-Cijulang menjadi satu-satunya yang berhasil menjangkau pesisir selatan. Sementara jalur-jalur cabang lainnya tidak sampai sejauh itu, seperti Bandung-Ciwidey, Dayeuhkolot-Majalaya, Cibatu-Cikajang dan Tasikmalaya-Singaparna. Keberhasilan pembangunan jalur Banjar-Cijulang memang bukan semata-mata karena motif ekonomi, melainkan didorong sebuah ambisi yang prestisius. Dimulai pembangunan tahun 1911 oleh perusahaan kereta negara milik Pemerintah Hindia Belanda, Staatsspoorwegen (SS), proyek tahap pertama jalur Banjar-Kalipucang sempat tertunda karena polemik. Aditya Dwi Laksana, peminat sejarah kereta api dari Yayasan Kereta Anak Bangsa menuturkan, ketika pembangunan jalur Banjar-Kalipucang telah dimulai, terjadi perdebatan di kalangan anggota parlemen Belanda dan di tubuh SS sendiri. “Ada yang mempertanyakan, kenapa harus membangun Banjar-Kalipucang kalau tujuannya ke Cilacap? Kenapa tidak langsung Kalipucang-Kawunganten, yang lebih dekat?” ujar Aditya di sela kunjungan ke Terowongan Wilhelmina. Studi kelayakan jalur Kalipucang-Kawunganten pun kemudian dilakukan. Namun kemudian ditemui kesimpulan, medan yang dilalui lebih berisiko karena rawa-rawa. Akhirnya, proyek jalur Banjar-Kalipucang dilanjutkan dan rampung pada 1916. Setelah beroperasi jalur Banjar-Kalipucang, dilanjutkan pengerjaan jalur Kalipucang-Parigi (diteruskan ke Cijulang). Pembangunan jalur ini diwarnai polemik yang lebih pelik lagi. Jalur Kalipucang-Parigi, dianggap sangat mahal, sementara potensi ekonomi dari rute tersebut kurang menjanjikan. ... Editor: Andi Nurroni
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete