Relokasi PKL Pangandaran belum Sesuai Harapan Pedagang

Kebijakan untuk mengatasi kesemrawutan di kawasan pantai Pangandaran diambil dengan melakukan relokasi lapak pedagang. Lapak, warung dan fasilitas yang dimiliki PKL mulai dipindahkan secara bertahap sejak akhir januari 2018. 

Saat dilakukannya relokasi para PKL dengan sukarela membongkar lapak atau bangunan milik mereka. Sebagian ada yang dibawa pulang ke rumahnya, ada yang dipindahkan ke kios relokasi bahkan ada yang dibuang maupun dibakar karena sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi.

Sebagian besar para PKL menempati 4 bangunan kios yang disediakan oleh pemkab Pangandaran. Setelah relokasi pantai Pangandaran mulai ditata, dengan cara dibersihkan juga ditambah dengan penanaman beberapa pepohonan. Bersihlah pantai Pangandaran saat ini.

Akan tetapi relokasi lapak PKL di pantai Pangandaran sangat berdampak signifikan bagi para pedagang. Bagaimana tidak, para pedagang banyak mengeluhkan sepinya pembeli selama berada di tempat relokasi. Curhatan mereka bisa dijumpai di group Facebook "Selamatkan Pangandaran".

Dalam group yang diikuti oleh ribuan facebooker itu bisa dipahami bahwa tempat tersebut sepi pengunjung. Ada beberapa kemungkinan mengapa para pengunjung enggan ke sana. Kemungkinan yang pertama pengunjung belum tahu lokasi para PKL. Yang kedua pangling dengan keadaan Pantai Pangandaran yang berbeda dari biasanya. Ketiga, ada kemungkinan mereka malas untuk berkeliling ke kios yang cukup luas dan bertingkat tersebut, karena memang pengunjung ramainya di bagian depan bawah saja. Sedangkan untuk bagian atasnya sangat sedikit, sepi.

Bukan hanya pengunjung saja yang menjadi sorotan, kurang memadainya  bangunan kios menjadi perhatian mereka. Menurutnya bahwa kios yang ada saat ini, sangat kecil. Dengan ukuran tersebut menyulitkan pedagang untuk mengatur barang dagangannya, sehingga bagi para penjual makanan terutama sangat kesulitan untuk menempatkan kursi bagi tamu (pengunjung).

Bersambung